Askep
Katarak
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Katarak
Oleh :
Firman Nur Rahman
Definisi
Katarak
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata, seperti melihat air terjun.
Askep Katarak
Jenis katarak yang paling sering
ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses
degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan
presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang
akan mengganggu pembiasan cahaya.
Walaupun disebut katarak senilis
tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun
sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya
menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.
Etiologi
Katarak
1.
Ketuaan ( Katarak Senilis )
2.
Trauma
3.
Penyakit mata lain ( Uveitis )
5.
Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi
virus prenatal, seperti German Measles )
Patofisiologi
Katarak

Anatomi Mata
Lensa yang normal adalah struktur
posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju,
mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan
. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak
yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus
multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar
lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral,
dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya
proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok,
dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
Manifestasi
Klinik Katarak

Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan
gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan
dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan
oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, mata
silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pemeriksaan
Diagnostik Katarak
1.
Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2.
Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3.
Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4.
Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5.
Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
6.
Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7.
Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8.
EKG, kolesterol serum, lipid
9.
Tes toleransi glukosa : kotrol DM
Penatalaksanaan
Katarak
Bila penglihatan dapat dikoreksi
dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan
aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka
yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai
adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan
atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk
mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1.
Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa
sebagai satu kesatuan.
2.
Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai
dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk
melihat struktur mata selama pembedahan.
Pengkajian
Keperawatan Katarak
1.
Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya/hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2.
Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak
jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap.
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar,
perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma
akut ).
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea
berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
3.
Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata
berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau
sekitar mata, sakit kepala
Diagnosa
Keperawatan dan Intervensi Katarak
1.
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan
intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :
- Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan
- pandangan kabur, dll
Tujuan :
Menyatakan pemahaman terhadap faktor
yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
Kriteria hasil :
-
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan
untuk melindungi diri dari cedera.
-
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi :
-
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan
aktifitas, penampilan, balutan mata.
-
Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit
sesuai keinginan.
-
Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membongkok.
-
Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
-
Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru.
-
Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress.
-
Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
-
Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba,
Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema
dengan senter sesuai indikasi.
-
Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
-
Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.
2.
Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi.
Ditandai dengan :
- menurunnyaketajaman penglihatan
- perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan
dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi
terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
-
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
-
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
-
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
-
Orientasikan klien tehadap lingkungan
-
Observasi tanda-tanda disorientasi.
-
Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
-
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat
terjadi bila menggunakan tetes mata.
-
Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang
lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
-
Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi
yang tidak dioperasi.
3.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan
kognitif, yang ditandai dengan :
- pertanyaan/pernyataan salah konsepsi
- tak akurat mengikuti instruksi
- terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan :
Klien menunjukkan pemhaman tentang
kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan
menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
- Kaji informasi tentang
kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
- Tekankan pentingnya evaluasi
perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan - penglihatan berawan.
- Informasikan klien untuk
menghindari tetes mata yang dijual bebas.
- Diskusikan kemungkinan
efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
- Anjurkan klien menghindari
membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada
panggul, dll.
- Dorong aktifitas pengalihan
perhatian.
- Anjurkan klien memeriksa ke
dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata
pelindung.
- Anjurkan klien tidur
terlentang.
- Dorong pemasukkan cairan
adekuat.
- Identifikasi
tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.
Daftar
Pustaka
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan
Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata.
Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman
Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit
Mata. Jakarta. FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo.
Jakarta. EGC
0 comments:
Posting Komentar